Banyak orang
tua yang mengeluh mengenai anaknya yang sulit diatur atau tidak mau
menurut. Beberapa orang tua langsung bereaksi keras melarang anaknya
bila melihat anak mulai melakukan hal-hal yang berbahaya atau tidak
berkenan di hati orang tua. Pelarangan ini tidak keliru, karena tidak
ada orang tua yang menginginkan anaknya mengalami hal-hal yang
membahayakan bagi dirinya. Tapi apakah pelarangan tadi efektif mencegah
anak untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang itu ? Ternyata
sebagian besar anak tidak mematuhi pelarangan yang diberikan oleh orang
tuanya, walaupun mematuhinya biasanya hanya bersifat sementara. Bila
orang tuanya tidak mengawasinya, anak akan kembali melakukannya. Hal
seperti ini sebetulnya lebih berbahaya karena anak akan melakukannya
secara diam-diam sehingga tidak lagi terpantau oleh orang tua. Dan pada
akhirnya berbohong merupakan cara efektif bagi anak untuk menghindari
kemarahan orang tua, apabila ketahuan atau tertangkap basah melakukan
kesalahan tersebut.
Alam bawah sadar manusia bersifat positif
Biasanya kata-kata pelarangan menggunakan kata “jangan”, “tidak boleh”, “bukan” atau ”dilarang”. Penggunaan kata yang bermakna negatif ini lazim digunakan karena sangat mudah diucapkan dan mempunyai makna melarang yang sesungguhnya. Banyak orang menganggap penggunaan kata bermakna negatif akan langsung mengenai sasaran dan akan dipahami dengan baik oleh objek pendengar dalam hal ini anak.
Contoh :
Kenapa bisa terjadi hal demikian ? Jawabannya adalah karena alam bawah sadar kita bersifat positif dan hanya bisa menerima hal-hal yang bersifat positif. Alam bawah sadar adalah kesadaran jiwa terdalam yang apabila memberikan perintah, maka oleh tubuh ditafsirkan sebagai perintah yang harus diikuti dan tidak boleh ditolak.
Beginilah kira-kira gambaran proses yang terjadi ketika seorang anak mendengar kalimat larangan yang bermakna negatif dengan contoh kalimat :
“Jangan kamu coret dinding itu, nanti kotor !”
Nah, tunggulah beberapa waktu kemudian atau paling lama hari yang lain, tergantung kesempatan yang tersedia untuk anak melakukannya lagi, maka anak akan mencoret dinding itu lagi. Lalu orang tua pun berkomentar.”Kamu ini sudah dilarang masih saja mencoret-coret dinding. Dasar anak bandel !” Siapa yang salah ? Yang salah adalah ketidaktahuan kita akan sifat alam bawah sadar kita.
Mungkin kita bisa melihat di kehidupan kita sehari-hari sebagai orang dewasa. Pernahkah kita memperhatikan bahwa apabila ada tulisan “Dilarang Membuang Sampah di Sini”, ternyata disekitar tulisan tersebut banyak sampah berhamburan. Bukannya yang membuang sampah tidak membaca tulisan tersebut, tetapi sering kali yang terjadi adalah alam bawah sadarnya membimbing dia untuk membuang sampah ke tempat itu pada saat dia berada di rumah. Ketika sudah terlanjur berada di tempat yang terdapat tulisan tersebut, akhirnya mengabaikannya. Atau banyak juga yang mengabaikan larangan tersebut karena sudah tidak peduli dengan keberadaan tulisan tersebut.
Bagaimanakah kalimat yang efektif untuk melarang anak ?
Setelah kita mengetahui alam bawah sadar bersifat positif dan tidak mau tahu dengan kata atau kalimat yang bersifat negative, maka kalimat yang efektif untuk melarang anak adalah dengan tidak melarangnya. Bagaimana bisa ?
Yang dimaksud melarang dengan tidak melarang adalah penggunaan kalimat bermakna positif agar ditafsirkan oleh alam bawah sadar secara positif pula.
Contoh :
1. Kalimat negatifnya : Jangan kamu coret dinding itu, nanti kotor !
Kalimat positifnya : Ibu akan senang bila kamu mencoret-coret di atas kertas ini saja, sedangkan dinding itu harus tetap bersih
2. Kalimat negatifnya : Kamu tidak boleh makan sambil membaca buku
Kalimat positifnya : Sebaiknya kamu makan saja dulu, membaca bukunya kemudian setelah selesai makan.
Memang merangkai kalimat bermakna positif lebih sukar daripada yang bermakna negatif karena memerlukan pemikiran yang mendalam dan perlu sedikit konsentrasi. Bisa dimulai dengan membuat konsep di atas kertas terlebih dulu berupa kalimat-kalimat larangan bermakna positif yang cocok dengan anak kita, baik dilihat dari segi usianya maupun tingkat pemahamannya yang sudah kita ketahui. Bila sudah mahir membikin kalimat secara spontan mungkin kita tidak perlu lagi menggunakan kertas konsep sebagai alat bantu. Latihlah terus membuat kalimat larangan bermakna positif. Mungkin Anda bisa melatihnya secara bersama-sama dengan pasangan Anda. Barangkali ide-idenya lebih banyak lagi, sehingga kalimat yang Anda buat menjadi lebih bervariasi.
Kelemahlembutan lebih efektif
Ada suatu hubungan langsung antara kalimat bermakna positif dengan kelemahlembutan dalam menuturkannya. Ternyata susunan kata-kata dalam kalimat bermakna positif, apabila diucapkan secara kasar dan cepat akan terasa panjang dan melelahkan, atau bahkan akan menjadi susah dan terbolak-balik alias ribet Tetapi bila diucapkan dengan lemah lebut terasa lebih ringan dan santai, bahkan telinga pun menjadi enak mendengarnya.
Kelemahlembutan ini sebenarnya dibutuhkan untuk lebih menumbuhkan rasa senang dan ikhlas pada anak untuk mematuhi perintah kita. Perasaan senang dan ikhlas tersebut pada akhirnya berdampak pada kesungguhan dan kontinuitas pelaksanaan perintah tersebut. Bantahan dan perlawanan dari anak biasanya disebabkan oleh ketersinggungan pada egonya disebabkan kalimat yang kasar dan merendahkan. Cobalah untuk memberikan penghargaa kepada anak sebagaimana kita ingin dihargai sebagai manusia dewasa. Bagaimanapun seorang anak menginginkan penghargaan akan keberadaannya dan juga atas apa-apa yang dilakukannya.
Nah, latihlah terus membikin kalimat bermakna positif dan juga melatih cara mengucapkannya dengan lemah lembut. Mungkin cara ini juga bisa Anda terapkan kepada orang dewasa, baik anak Anda yang sudah dewasa, atau bawahan di kantor Anda. Semoga berguna. Salam.
Sumber : Anwariansyah
Alam bawah sadar manusia bersifat positif
Biasanya kata-kata pelarangan menggunakan kata “jangan”, “tidak boleh”, “bukan” atau ”dilarang”. Penggunaan kata yang bermakna negatif ini lazim digunakan karena sangat mudah diucapkan dan mempunyai makna melarang yang sesungguhnya. Banyak orang menganggap penggunaan kata bermakna negatif akan langsung mengenai sasaran dan akan dipahami dengan baik oleh objek pendengar dalam hal ini anak.
Contoh :
- “Jangan kamu coret dinding itu, nanti kotor !”
- “Kamu tidak boleh makan sambil membaca buku”
- “Teh itu bukan untukmu, tapi teh ayah, jadi jangan diminum”
Kenapa bisa terjadi hal demikian ? Jawabannya adalah karena alam bawah sadar kita bersifat positif dan hanya bisa menerima hal-hal yang bersifat positif. Alam bawah sadar adalah kesadaran jiwa terdalam yang apabila memberikan perintah, maka oleh tubuh ditafsirkan sebagai perintah yang harus diikuti dan tidak boleh ditolak.
Beginilah kira-kira gambaran proses yang terjadi ketika seorang anak mendengar kalimat larangan yang bermakna negatif dengan contoh kalimat :
“Jangan kamu coret dinding itu, nanti kotor !”
- Anak mendengar kalimat larangan melalui telinganya dan ditafsirkan oleh alam sadar secara negatif, maka untuk sementara anak akan mematuhi perintah tersebut.
- Dari alam sadar kalimat tersebut kemudian memasuki alam bawah sadar anak. Namun karena alam bawah sadar bersifat positif, kalimat tadi oleh bawah sadar ditafsirkan secara positif menjadi : “Kamu coret dinding itu, nanti kotor !”
Nah, tunggulah beberapa waktu kemudian atau paling lama hari yang lain, tergantung kesempatan yang tersedia untuk anak melakukannya lagi, maka anak akan mencoret dinding itu lagi. Lalu orang tua pun berkomentar.”Kamu ini sudah dilarang masih saja mencoret-coret dinding. Dasar anak bandel !” Siapa yang salah ? Yang salah adalah ketidaktahuan kita akan sifat alam bawah sadar kita.
Mungkin kita bisa melihat di kehidupan kita sehari-hari sebagai orang dewasa. Pernahkah kita memperhatikan bahwa apabila ada tulisan “Dilarang Membuang Sampah di Sini”, ternyata disekitar tulisan tersebut banyak sampah berhamburan. Bukannya yang membuang sampah tidak membaca tulisan tersebut, tetapi sering kali yang terjadi adalah alam bawah sadarnya membimbing dia untuk membuang sampah ke tempat itu pada saat dia berada di rumah. Ketika sudah terlanjur berada di tempat yang terdapat tulisan tersebut, akhirnya mengabaikannya. Atau banyak juga yang mengabaikan larangan tersebut karena sudah tidak peduli dengan keberadaan tulisan tersebut.
Bagaimanakah kalimat yang efektif untuk melarang anak ?
Setelah kita mengetahui alam bawah sadar bersifat positif dan tidak mau tahu dengan kata atau kalimat yang bersifat negative, maka kalimat yang efektif untuk melarang anak adalah dengan tidak melarangnya. Bagaimana bisa ?
Yang dimaksud melarang dengan tidak melarang adalah penggunaan kalimat bermakna positif agar ditafsirkan oleh alam bawah sadar secara positif pula.
Contoh :
1. Kalimat negatifnya : Jangan kamu coret dinding itu, nanti kotor !
Kalimat positifnya : Ibu akan senang bila kamu mencoret-coret di atas kertas ini saja, sedangkan dinding itu harus tetap bersih
2. Kalimat negatifnya : Kamu tidak boleh makan sambil membaca buku
Kalimat positifnya : Sebaiknya kamu makan saja dulu, membaca bukunya kemudian setelah selesai makan.
Memang merangkai kalimat bermakna positif lebih sukar daripada yang bermakna negatif karena memerlukan pemikiran yang mendalam dan perlu sedikit konsentrasi. Bisa dimulai dengan membuat konsep di atas kertas terlebih dulu berupa kalimat-kalimat larangan bermakna positif yang cocok dengan anak kita, baik dilihat dari segi usianya maupun tingkat pemahamannya yang sudah kita ketahui. Bila sudah mahir membikin kalimat secara spontan mungkin kita tidak perlu lagi menggunakan kertas konsep sebagai alat bantu. Latihlah terus membuat kalimat larangan bermakna positif. Mungkin Anda bisa melatihnya secara bersama-sama dengan pasangan Anda. Barangkali ide-idenya lebih banyak lagi, sehingga kalimat yang Anda buat menjadi lebih bervariasi.
Kelemahlembutan lebih efektif
Ada suatu hubungan langsung antara kalimat bermakna positif dengan kelemahlembutan dalam menuturkannya. Ternyata susunan kata-kata dalam kalimat bermakna positif, apabila diucapkan secara kasar dan cepat akan terasa panjang dan melelahkan, atau bahkan akan menjadi susah dan terbolak-balik alias ribet Tetapi bila diucapkan dengan lemah lebut terasa lebih ringan dan santai, bahkan telinga pun menjadi enak mendengarnya.
Kelemahlembutan ini sebenarnya dibutuhkan untuk lebih menumbuhkan rasa senang dan ikhlas pada anak untuk mematuhi perintah kita. Perasaan senang dan ikhlas tersebut pada akhirnya berdampak pada kesungguhan dan kontinuitas pelaksanaan perintah tersebut. Bantahan dan perlawanan dari anak biasanya disebabkan oleh ketersinggungan pada egonya disebabkan kalimat yang kasar dan merendahkan. Cobalah untuk memberikan penghargaa kepada anak sebagaimana kita ingin dihargai sebagai manusia dewasa. Bagaimanapun seorang anak menginginkan penghargaan akan keberadaannya dan juga atas apa-apa yang dilakukannya.
Nah, latihlah terus membikin kalimat bermakna positif dan juga melatih cara mengucapkannya dengan lemah lembut. Mungkin cara ini juga bisa Anda terapkan kepada orang dewasa, baik anak Anda yang sudah dewasa, atau bawahan di kantor Anda. Semoga berguna. Salam.
Sumber : Anwariansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar