Bagi orang tua, mempunyai anak adalah hal yang
sangat membahagiakan, sehingga menjadi kewajibannyalah untuk menumbuh
kembangkan anak. Anak lahir dalam keadaan lemah seluruh inderanya, dan ini
menjadi tugas orang tua untuk menguatkan demi pertumbuhan fisik anak dan tugas
orang tua untuk merangsang perkembangan anak agar tumbuh kembangnya anak
berjalan seimbang. Sayangnya, kebanyakan orang tua hanya memperhatikan pertumbuhan
anak dengan memberikan makanan-makanan yang kadang-kadang berlebihan, dan tidak
memperhatikan faktor-faktor penting lainnya yang juga sangat menentukan
perkembangan anak
Orang tua
adalah guru pertama dan utama serta rumah adalah sekolah yang paling penting
bagi anak-anak. Namun sekarang ini tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua,
bisa jadi hal ini menyebabkan banyak orang tua tidak tahu bagaimana cara yang
terbaik untuk tumbuh kembangnya anak. Secara khusus ada tiga hal utama
sekaligus mendasar yang harus diketahui untuk dapat menumbuh kembangkan anak,
(a) peranan sentral orang tua, (b) potensi intelektual seorang anak, dan (c)
bagaimana cara untuk mengoptimalkan potensi tersebut.
Sebuah penelitian tentang
peranan orang tua di Indonesia diperoleh hasil :
a.
85,5 % orang tua tidak mampu mengawasi anak
b.
68,1 % orang tua bersikap tidak tegas terhadap anak
c.
56 % orang tua tidak mampu memberi bimbingan secara
akademis
d.
58 % orang tua selalu membela anak yang salah
Melihat
hasil penelitian di atas, nampak sekali bahwa orang tua di Indonesia belum
menjalankan tugasnya terutama untuk perkembangan anak, dimana salah satu faktor
yang penting dalam perkembangan anak adalah melalui pendidikan dalam keluarga melalui komunikasi yang tepat.
Prof. Benyamin S. Bloom ahli pendidikan
dari Universitas Chicago membuat penelitian panjang yang menghasilkan bahwa
perkembangan intelektual telah dimulai saat pembuahan, dan sampai usia 4 tahun
perkembangan intelektual otak mencapai 50 %, sampai usia 8 tahun mencapai 80 %
dan pada usia 18 tahun mencapai 100 %. Dr Glenn Doman dalam The Gentle Revolution menambahkan sebuah
informasi menarik dari hasil penelitiannya. Penelitian tersebut dilakukan pada
anak cacat mental artinya bayi yang lahir dengan IQ di bawah 70. Ia menyediakan
waktu setiap hari untuk bermain, bicara, bercerita, menunjukkan gambar dan
berbagai informasi kepada mereka dengan sabar dan tekun. Hasilnya adalah dengan
kegiatan komunikasi yang dilakukannya ketika mereka berusia 2 atau 3 tahun
mereka telah mampu berpikir dan berbuat seperti layaknya anak-anak yang lahir
normal. Ia berpikir jika semua aktifitas komunikasi yang diberikan adalah
kepada anak-anak yang ber-IQ normal hasilnya tentu akan luar biasa!
Teknik berkomunikasi adalah cara
atau seni penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan dampak seperti yang diinginkan pada komunikan.
Dampak yang ditimbulkan karena adanya proses komunikasi dapat digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu : dampak kognitif, dampak afektif, dan dampak
behavioral (Paling penting)
Potensi Intelektual Anak
Secara umum, anak yang sehat seperti
layaknya manusia memiliki tiga unsur yaitu :
Pertama, baik dalam hal fisik/jasmani,
ditandai dengan tubuh yang sehat dan kuat. Untuk itu diperlukan nutrisi berupa
makanan yang cukup dan bergizi baik. Kedua,
baik dalam hal akal, dengan memiliki akal yang cerdas dan kreatif. Disini
dibutuhkan pendidikan yang baik dan diberikan sejak dini. Ketiga, baik dalam hal spiritual atau ruhani, sehingga dengan bekal
ini anak dapat memiliki perilaku terpuji dan berpribadian yang baik (Abdul
Qodir, 1997)
Salah satu organ tubuh yang
sangat penting bagi manusia adalah otak. Digambarkan sebagai sebuah mesin yang
paling rumit yang ada di jagad raya, bahkan jika dibandingkan dengan komputer
super sekalipun. Penelitian terhadap otak manusia yang dilakukan secara terus
menerus tetap dilakukan sampai sekarang. Tapi selalu ada penemuan baru tentang
otak manusia yang selalu membuat para ilmuwan dan semua orang merasa takjub.
Otak manusia terdiri dari tiga
bagian besar yaitu :
Satu, Cerebrum (otak besar) yaitu bagian
terbesar dari otak, ukurannya mencapai 85 % dari berat total. Di dalamnya
terdapat Cerebral Cortex yang
mengandung setengah milyar sel syaraf dengan panjang 1.000 km per setengah
inchi kubik. Kortek inilah yang memberikan kemampuan yang luar biasa pada
manusia untuk memproses informasi. Kedua, Cerebellum
(otak kecil) dimana berfungsi mengatur fungsi fisiologis seperti keseimbangan,
postur dan koordinasi gerakan tubuh. Ketiga, Brain Stem (batang otak) adalah bagian dasar atau paling bawah dari
otak sebagai pusat sistem syaraf untuk mengkontrol pernapasan, detak jantung
dan metabolisme tubuh. Bagian penting lainnya adalah neuron yang berfungsi sebagai pembawa pesan dari sistem syaraf. Di
dalam otak manusia terdapat 10-100 milyar neuron yang saling berhubungan
membentuk jalur-jalur informasi. Otak sendiri mengalami pertumbuhan, yaitu saat
lahir otak anak memiliki berat 350 gram atau 25 % dari berat otak dewasa. Dia
akan tumbuh terus seiring dengan tumbuhnya fisik anak dan bertambahnya usia.
Pada saat dewasa beratnya mencapai 1,4 kg dan setelah itu pertumbuhannya
berhenti.
Menurut
Buckminster Fuller setiap anak dilahirkan jenius
dan kita para orang tua menghabiskan 6
tahu pertama hidupnya membuat mereka menjadi tidak jenius? Bahkan sejak
lahir sampai usia dua tahun, sebagian besar pola emosional dan intelektual
sudah terbentuk (Dr. Burton). Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan
intelektual anak sangat luar biasa, sejak lahir sampai usia 4 tahun sama
besarnya dengan dari usia 4 tahun sampai 18 tahun (Dr. Keith Osborn). Hal ini menunjukkan bahwa 4 tahun pertama adalah masa yang sangat
penting. Apa yang dicapai dalam periode ini sama dengan periode selama 14
tahun berikutnya. Pertumbuhan intelektual akan mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya usia dan akan terhenti setelah anak mencapai usia 18 tahun.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa anak usia 4 tahun kecerdasannya setengah
dari orang dewasa. Ini hanya menunjukkan bahwa setengah dari jalur-jalur
informasi/ilmu pengetahuan dan pola dalam otak manusia sudah mulai terbentuk.
Para ahli perkembangan
anak menemukan adanya 93 kemampuan dan pemahaman dasar yang harus dimiliki oleh anak usia prasekolah. Pengembangan
kemampuan ini mutlak diperlukan bagi pendidikan prasekolah. Ke-93 skill tadi
terangkum dalam 10 bagian, yaitu : ketrampilan visual dan observasi,
ketrampilan mendengarkan dan berkonsentrasi, ketrampilan berbahasa dan membaca,
ketrampilan matematika awal, ketrampilan tangan, ketrampilan mandiri, secara
sosial dan emosional, pemahaman posisi dan arah, pemahaman warna, pemahaman
waktu, pemahaman tekstur (permukaan dan bentuk).
Kemampuan otak anak seperti
spon bahkan lebih hebat lagi. Spon mampu menyerap air sampai batas tertentu,
tetapi otak manusia khususnya anak-anak memiliki kemampuan menyerap dan
menyimpan informasi yang sangat besar. Dan mereka tidak pernah merasa bingung
untuk menerimanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belahan otak kanan dan
otak kiri memiliki fungsi yang berbeda, yaitu : Otak Kanan dengan isi : irama, musik, warna, imajinasi, lamunan,
dimensi dan Otak Kiri : tata bahasa, logika, angka, analisis, daya ingat,
rasional.
Mengoptimalkan Potensi Belajar Anak
Seringkali
orang tua melakukan kesalahan fatal dengan beranggapan bahwa ketika anak sudah
disekolahkan maka tanggung jawab pendidikan berubah fungsi ke para guru di
sekolah, dan orang tua berlepas begitu saja. Sehingga bila anak menglami
kegagalan solusi yang sering dilakukan adalah melakukan protes ke guru kenapa
mengalami kegagalan. Kesalahan lain adalah bahwa pendidikan anak hanya bisa
diberikan pada anak sampai usia sekolah. Ternyata pendidikan kepada anak harus
dilakukan sejak dini bahkan dapat dilakukan ketika anak masih dalam kandungan.
Mengajak bicara atau berkomunikasi kepada calon bayi adalah salah satu cara,
karena ternyata dengan komunikasi langsung khususnya dari sang ibu dapat
memberikan respon positif kepada sang janin. Cara lain adalah dengan
mendengarkan ‘musik’ atau lainnya yangs sesuai dengan kondisi.
Untuk
mengoptimalkan potensi belajar anak ini Abdul Qodir membagi dalam beberapa
tahap yaitu : a. Pendidikan pranatal (sebelum kelahiran), seperti dengan
mengajak bicara atau lainnya. Penelitian menggambarkan bahwa sang bayi dapat
merasakan kondisi ibunya. Bahkan janin dalam kandungan bisa mendengar suara dan
detak jantung ibunya, selain pembicaraan orang lain di sekitarnya. b.
Pendidikan setelah kelahiran.
Para ahli
pendidikan dan perkembangan anak menyarankan dalam mendidik anak melakukan :
Pertama, mengajak bermain ; dengan mengajak
bermain anak akan merasa senang, gembira yang berpengaruh pada perkembangan
jiwa anak. Selain itu, juga untuk menimbulkan kesan bahwa belajar adalah
kegiatan yang menyenangkan karena tidak ada paksaan dalam belajar. Gerakan
berguling, melompat, berayun dan berputar-putar sangat baik bagi pertumbuhan
otak. Karena gerakan-gerakan tersebut mempengaruhi vestibular system yang berhubungan dengan cairan otak di belakang
telinga, dan ini sangat mempengaruhi syaraf-syaraf kecerdasan anak. Kedua, membacakan cerita ; manfaat
membacakan cerita sejak dini adalah : melatih pendengaran, good neuro association pada anak terhadap buku, reading habit/menanamkan kebiasaaan
membaca sejak dini, mengembangkan imajinasi anak, merangsang rasa keingin
tahuan yang besar pada anak, kelekatan hubungan emosional orang tua dengan
anak, dll. Ketiga, menjawab keingin
tahuan anak ; secara universal setiap anak mempunyai rasa ingin tahu yang
besar. Jika setiap pertanyaan selalu dijawab dengan benar akan memperkuat neuro pathw
ay (syaraf keingin tahuan) anak. Sebaliknya jika setiap
pertanyaan selalu tidak mendapatkan jawaban atau bahkan dilarang bertanya maka
syaraf ini tidak akan berkembang atau melemah. Anak akan menjadi malas. Keempat, mengajarkan bahasa
internasional ; dengan mengajarkan salah satu bahasa internasional sejak dini
anak akan merasa bahasa-bahasa tersebut tidaklah asing. Bahkan anak usia 8
bulan mampu membedakan setiap bahasa dari aksen atau intonasi. Bayi merupakan
pelajar bahasa yang sangat mengagumkan. Kemampuan ini akan bertahan sampai usia
10 tahun, setelah itu mengalami penurunan, kecuali bagi orang yang mempunyai
kemampuan luar biasa.
Kecerdasan Anak antara Orang Tua dan Televisi
Abdul
Qodir mengingatkan kita bahwa potensi kecerdasan anak akan lebih optimal
dikembangkan bila dilakukan bersama dengan orang tua karena anak adalah seorang
peniru yang terbaik juga bukan dilakukan karena sekadar kewajiban tapi didasari
oleh cinta. Anggadewi Moesono menambahkan pentingnya mengurangi dampak televisi
kepada anak. Televisi bagaimanapun ternyata mempunyai dampak yang negatif pada
anak yaitu : Pertama, menyebabkan visual laziness ; karena warna-warna
televisi yang sangat menarik dan indah, maka anak akan terbiasa dengan
gambar-gambar besar, menarik dan berwarna, kemudian tiba-tiba saat sekolah
melihat buku pelajaran sekolah yang hitam putih, tulisannya kecil serta tidak
ada gambar menarik maka tanpa disadari matanya akan sakit. Akibatnya anak
menjadi malas atau tidak suka membaca buku. Kedua,
menyebabkan mental laziness ; alur
cerita yang ada pada umumnya bisa ditebak, misalnya antara baik dan buruk, atau
mula-mula tokoh yang baik kalah tapi pada akhir cerita akan menang. Dengan tema
seperti ini, anak tak dibiasakan berpikir padahal pada saat sekolah mulai
banyak problem yang timbul sehingga wajar anak menjadi kebingungan atau penakut
menghadapi masalah atau malah menimbulkan masalah baru yang semakin tidak
terkendali kebanyakan seperti sekarang ini.
Oleh S. Bekti Istiyanto, S.Sos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar